Penerimaan Rumah Kaca (novel)

Seperti edisi Tetralogi Buru lainnya, Rumah Kaca juga dilarang peredarannya di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru karena dianggap menyebarkan ajaran "Marxis-Leninis". Rumah Kaca dilarang beredar pada 1988, hanya beberapa bulan setelah terbit.[5]

Toko buku online Amazon menggambarkan Rumah Kaca sebagai novel yang berhasil membuat kesimpulan luar biasa dari tiga novel sebelumnya. Amazon juga menilai Rumah Kaca sebagai salah satu karya yang hebat dalam literatur modern.[6] Oleh John David Morley, kontributor New York Times, Rumah Kaca digambarkan sebagai ironi yang menimpa Pramoedya karena ia menulis novel ini di pengasingan (Pulau Buru).[1]